Minggu, 16 Oktober 2016

KONSERVASI KIMA



Makalah Konservasi Sumberdaya Hayati Perairan


KONSERVASI KIMA



Oleh :
Tifani Zianida
130302039

















      MATA KULIAH KONSERVASI SUMBERDAYA HAYATI PERAIRAN
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2016



 
KATA PENGANTAR



Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Konservasi Sumberdaya Hayati Perairan yang berjudul “Konservasi Kima. Makalah ini membahas mengenai kegiatan konservasi rumput laut dalam pelestarian lingkungan perairan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Ani Suryanti, M. Si selaku dosen mata kuliah konservasi sumberdaya hayati perairan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Semoga makalah ini dapat menjadi sumber informasi dan menambah wawasan kepada pembaca khususnya para mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan dan sebagai ilmu pengetahuan dalam bidang konservasi sumberdaya hayati perairan. Terima kasih.



Medan,  Oktober 2016
   
                                                        Penulis

i
 



  
DAFTAR ISI



                                                                                      Halaman
KATA PENGANTAR..............................................................................                i
DAFTAR ISI..............................................................................................              ii
PENDAHULUAN
Latar Belakang.................................................................................             1
Tujuan Penulisan..............................................................................             2
Manfaat Penulisan............................................................................             2
ISI
Klasifikasi dan Morfologi................................................................             3
Habitat..............................................................................................             5
Manfaat Kima..................................................................................             5
Ancaman Kepunahan.......................................................................             6
Status Konservasi ............................................................................             7
Contoh Kawasan Konservasi...........................................................             7
Upaya Konservasi............................................................................             8
PENUTUP
Kesimpulan.......................................................................................           10
Saran.................................................................................................           10
DAFTAR PUSTAKA






PENDAHULUAN


Latar Belakang
Indonesia mempunyai predikat sebagai pusat keanekaragaman hayati dunia (center of mega biodiversity). Data yang ada saat ini menunjukkan bahwa pernyataan tersebut memang benar adanya. Jenis flora dan fauna yang hidup di wilayah Indonesia baik di darat maupun di laut termasuk yang tertinggi di dunia. Mittermeier et al. (1997) diacu oleh Ambariyanto (2010) menyatakan bahwa Indonesia merupakan negara terkaya kedua setelah Brazil jika dilihat dari keanekaragaman flora dan faunanya, dimana jjumlahnya adalah 325.350 jenis flora-fauna. Disamping itu,, pada masa mendatang jumlah ini dipastikan akan meningkat tajam, karena banyak flora dan fauna laut Indonesia yang belum tergali.
Kima raksasa (Bivalvia, Cardiidae) adalah moluska laut yang hidup di ekosistem terumbu karang di wilayah Indo-Pasifik. Hewan ini memiliki dua genera (Tridacna dan Hippopus) dengan sembilan spesies, di mana tujuh spesies di antaranya ditemukan di perairan Indonesia. Secara geografis, kerang ini memiliki distribusi terbatas di wilayah tropis Indo-Pasifik, dari Red Sea sampai ke Kepulauan Pasifik Tuamotu Terdapat sembilan jenis kima di dunia. Dari sembilan jenis kima yang ada di dunia, tujuh diantaranya terdapat di Indonesia. Ketujuh jenis kima tersebut adalah kima raksasa (Tridacna gigas), kima selatan (Tridacna derasa), kima sisik (Tridacna squamosa), kima besar (Tridacna maxima), kima lubang (Tridacna crocea), kima pasir (Hippopus hippopus), dan kima cina (Hippopus porcellanus) (Pada dkk, 2013).
Kerang kima merupakan salah satu biota yang populasinya semakin menurun di alam sehingga termasuk sebagai kelompok biota yang dilindungi. Menurut Ambariyanto (2007) kima (giant clams) merupakan salah satu hewan laut yang dilindungi di seluruh dunia termasuk di Indonesia. Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999 memasukkan ke tujuh jenis kima yang hidup di Indonesia menjadi hewan yang dilindungi. Penetapan tersebut berdasarkan kenyataan bahwa populasi kima di alam sudah sangat menurun terutama disebabkan pemanfaatan manusia.
Pada tahun 1987 pemerintah Indonesia melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan No 12/Kpts/II/1987 yang diperkuat dengan Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999 memasukkan jenis kima yang hidup di Indonesia menjadi hewan yang dilindungi, dan jenis kima tersebut juga masuk pada Appendix II CITES.
Kima merupakan salah satu hewan laut yang dilindungi di seluruh dunia termasuk di Indonesia. Para ahli melaporkan bahwa populasi dari beberapa jenis kima di alam terus menurun akibat eksploitasi yang berlebihan. Kima raksasa, kima porselen dan kima selatan adalah beberapa jenis kima yang semakin jarang ditemukan. Upaya penangkaran dan restocking sangat penting untuk menjaga populasi kima supaya tetap bertahan.  Penetapan tersebut berdasarkan kenyataan bahwa populasi kima di alam sudah sangat menurun terutama disebabkan pemanfaatan manusia. Secara tradisional hewan ini memang dimanfaatkan oleh penduduk di sekitar pantai baik yang digunakan untuk bahan makanan, bahan bangunan, kebutuhan rumah tangga dan sebagai souvenir maupun hewan akuarium yang sangat digemari (Rizkevina, 2014).

Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.        Mengetahui manfaat kima di perairan.
2.        Mengetahui upaya konservasi dalam pelestarian kima.

Manfaat
Manfaat penulisan makalah ini adalah sebagai salah satu syarat untuk mendapat nilai tugas dari mata kuliah Konservasi Sumberdaya Hayati Perairan dan bahan acuan serta sebagai sumber informasi  bagi pihak yang membutuhkan.




ISI
Klasifikasi dan Morfologi Kima
Menurut Abbott (1959) diacu oleh Rizkevina (2014) urutan klasifikasi dari kima adalah sebagai berikut :
Kingdom         : Animalia
Phylum            : Mollusca
Class                : Bivalvia
Ordo                : Veneroida
Family             : Tridacnidae
Genus              : Tridacna, Hippopus


 (a)
 
 (b)
 
(c) 

  (d)


(e)   

Gambar 1. (a) Tridacna derasa, (b) Tridacna gigas, (c) Tridacna crocea, (d) Hippopus hippopus, (e) Tridacna maxima

Morfologi dari setiap jenis kima ditentukan oleh bentuk bagian luar cangkangnya, sehingga perbedaan bentuk cangkang ini dapat digunakan sebagai petunjuk identifikasi sampai tingkat jenis. Kima mempunyai cangkang yang terdiri atas dua tangkup simetris yang terbuat dari zat kapur, yaitu unsur kalsium karbonat (CaCO3). Zat kapur tersebut pada umumnya tersusun dari tiga bentuk kristal, yaitu kalsit, aragonite, dan vaerit. Permukaan cangkang bagian luar membentuk lekukan dan tonjolan yang tersusun rapi menyerupai kipas. Pada bagian yang menonjol terdapat lipatan berupa lempengan yang tersusun rapi. Bagian engsel (hinge) merupakan bagian perut (ventral), sedangkan bagian tepi yang menghadap ke atas merupakan bagian punggung (dorsal). Pada bagian perut terdapat terdapat lubang tempat keluarnya alat perekat (byssus) yang disebut byssal orifice. Bagian punggung merupakan bagian yang membuka dan menutup jika kima disentuh oleh rangsangan (Setiawan, 2013).
Secara geografis, kerang ini memiliki distribusi terbatas di wilayah tropis Indo-Pasifik, dari Red Sea sampai ke Kepulauan Pasifik Tuamotu. Kerang Tridacninae tinggal pada daerah dangkal di ekosistem terumbu karang, dan hidup bersimbiosis dengan alga fotosintetik zooxanthellae, pada kedalaman 1-20 meter. Dari segi ekologis kerang Tridacninae merupakan biota yang berperan sebagai biofilter alami, di mana mereka mampu menyaring amonia dan nitrat terlarut dalam air laut untuk kebutuhan zooxanthellae akan nitrogen bagi proses pertumbuhannya. Kerang Tridacninae mendapatkan sebagian besar makanan (70-100%) dari alga simbiotik zooxanthellae, dan sisanya dengan cara menyaring atau “filter feeding” (Pada dkk, 2013).

Habitat
Kima hidup pada dasar perairan , sehingga kecerahan perairan yang dibutuhkan kima pada umumnya mencapai dasar perairan. Keadaaan ini ada hubungannya dengan cara hidup kima yang bersimbiosis dengan algae. Sinar matahari sangat penting untuk terjadinya fotosintesis dari zooxanthellae yang sangat berguna bagi kima. Suhu rata-rata dimana organisme kima dapat hidup adalah 28°C, sedangkan salinitas rata-rata untuk kima dapat hidup adalah 32 ‰ (Rizkevina, 2014).

Manfaat Kima
Kima adalah sejenis biota laut yang telah lama dimanfaatkan masyarakat pesisir Kepulauan Kei sebagai bahan konsumsi lokal. Daging kima diduga memiliki kandungan gizi yang dapat meningkatkan stamina. Selain dagingnya yang dikonsumsi sebagai bahan makanan, cangkang kima juga dimanfaatkan untuk bahan baku bangunan. Di pasar internasional, cangkang kima digunakan sebagai bahan baku pembuatan ubin teraso dan bahan baku kerajinan hias. Pada beberapa negara di Asia, anak kima sering dijadikan koleksi para pecinta akuarium hias air laut dan merupakan komoditi ekspor yang sangat penting dari berbagai negara (Tiandiza dan Kusnadi, 2012).
Selain mendapatkan pasokan makanan dari zooxanthella, kima juga mencari makan dengan cara menyaring partikel-partikel organik dari air laut. Aktifitas ini, secara langsung berperan penting dalam membersihkan air laut dari populasi mikroorganisme yang berlebihan. Dengan demikian, air laut menjadi lebih sehat dan keseimbangan ekosistem pun lebih terjaga. kima juga menjadi salah satu biota laut yang membuat terumbu karang berwarna indah. Manfaat bagi manusia, otot adduktor yang menyatukan kedua cangkang kima dianggap sebagai bahan pangan yang istimewa. Di Jepang, daging dan otot kima dikonsumsi sebagai makanan laut yang disebut Himejako. Di wilayah Indonesia timur, daging atau otot kima yang dikeringkan dipercaya sebagai afrodisiak yang mampu meningkatkan vitalitas kaum Adam. Di pulau-pulau terpencil nusantara, masyarakat mengumpulkan kima hidup di tempat tertentu sebagai bahan makanan cadangan saat musim ombak besar tiba (Rizkevina, 2014).

Ancaman Kepunahan
Menurut Setiawan (2013) berbagai faktor yang menyebabkan menurunnya populasi kima adalah sebagai berikut :
1.        Perburuan
Perburuan merupakan salah satu faktor utama yang mengancam keberadaan kima. Kecenderungan populasinya mengalami penurunan dengan sangat cepat. Perburuan yang tidak terkendali akan membawa dampak yang sangat merugikan yaitu kepunahan.
2.        Kerusakan Habitat
Kerusakan habitat selain disebabkan oleh teknik perburuan kima yang merusak terumbu karang juga disebabkan oleh polusi. Polusi merupakan salah satu penyebab menurunnya jumlah organisme di laut. Polusi yang terjadi di laut biasanya disebabkan oleh tumpahan minyak dan juga sisa pembakaran bahan bakar dari kapal nelayan.
3.        Penggunaan Potasium dan Bom Ikan
Aktivitas penangkapan ikan karang dengan menggunakan potasium sianida dan bom ikan menjadi ancaman utama populasi kima. Penggunaan bom ikan tidak hanya akan mengancam kelestarian ikan, tetapi juga akan menyebabkan rusaknya terumbu karang yang merupakan habitat utama kima.
4.        Memenuhi Kebutuhan Konsumsi Masyarakat
Tidak dapat dipungkiri bahwa masyarakat nelayan tradisional yang tinggal di kawasan pantai dan sehari-hari berinteraksi dengan laut banyak mengambil kima untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Salah satu contohnya adalah ibu-ibu rumah tangga, pada saat air surut (metti) mempunyai kebiasaan untuk bersama-sama mengambil kima, khususnya kima lubang (Tridacna crocea).

Status Konservasi
Status keberadaan kima secara keseluruhan untuk semua jenis, dikategorikan sebagai satwa langka yang dilindungi undangundang, yaitu Undang-Undang No.5 Tahun 1990 tentang konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya serta Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999 tentang pengawetan tumbuhan dan satwa. Konvensi perdagangan internasional untuk spesies tumbuhan dan satwa liar yang terancam punah (CITES) memasukkan kelompok hewan ini dalam daftar hewan yang dilindungi sejak 1983. Saat ini, sebanyak tujuh spesies kima masuk dalam daftar merah (terancam punah) dari international Union for Conservation and Natural Resources (IUCN)     (Setiawan, 2013).
Fakta populasi kima yang sangat mengkhawatirkan membuat CITES (Convention on International Trade in Endangered Species) memasukkan hewan ini kedalam status Appendix II mencakup semua spesies yang diduga terancam kepunahan akibat perdagangan tak terkendali. Appendix ini memberlakukan pengawasan efektif agar terhindar pemanfaatan yang bertentangan dengan kelangsungan hidupnya (Rizkevina, 2014).

Contoh Kawasan Konservasi
Konservasi merupakan salah satu metode penyelamatan organisme yang dilindungi dengan cara menetapkan kawasan konservasi atau kawasan lindungan. Melalui kawasan semacam ini maka banyak habitat vital maupun plasma nutfah yang dilindungi dari berbagai ancaman kerusakan dan degradasi.
1.        Taman Nasional Laut Taka Bonerate – Sulawesi Selatan
Salah satu habitat kima di Indonesia adalah Taman Nasional Laut Taka Bonerate. Taman Nasional Taka Bonerate merupakan salah satu kawasan konservasi yang dibentuk dengan tujuan untuk perlindungan sumberdaya alam hayati laut, terutama terumbu karang dan biota-biota laut lain yang berasosiasi dengannya. Secara administratif, Taman Nasional Taka Bonerate terletak di Kabupaten Selayar, Provinsi Sulawesi Selatan. Taman Nasional Taka Bonerate ditetapkan sebagai Taman Nasional Laut berdasarkan surat keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor 280/Kpts- 1/1992 tanggal 26 Februari 1992. Ciri khas dari taman nasional ini adalah topografi kawasan yang sangat unik dan menarik yaitu terdapat pulau karang (atol) yang terdiri dari gugusan pulau-pulau gosong karang dan rataan terumbu yang luas dan tenggelam, membentuk pulau-pulau dengan jumlah yang cukup banyak. Karang atol di Taman Nasional Takabonerate ini merupakan karang atol terbesar ketiga di dunia (220.000 Ha) setelah atol Kwajifein di Kepulauan Marshall dan atol Suvadiva di Maladewa (Ambariyanto, 2007).
2.        Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu – Jakarta
            Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu merupakan salah satu kawasan pelestarian alam di Indonesia terletak di utara Jakarta yang secara administratif berada di wilayah Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Untuk populasi kima pada Taman Nasional ini terletak pada pulau Karang Congkak yang mempunyai hamparan karang mati (gosong) yang dangkal (Rizkevina, 2014).

Upaya Konservasi
Pada saat ini populasi kima di alam cenderung menurun dengan sangat drastis (Ambariyanto, 2007). Untuk menjaga kelestarian populasi yang masih ada serta meningkatkan populasinya di alam, diperlukan usaha-usaha konservasi. Untuk mendukung keberhasilan usaha-usaha konservasi juga perlu dilakukan upaya penegakan hukum dan peraturan serta usaha budidaya. Pengelolaan populasi kima berbasis masyarakat juga merupakan hal yang perlu dilakukan. Beberapa upaya konservasi yang dapat dilakukan, antara lain :
1.        Sosialisasi dan Penyuluhan
Sosialisasi merupakan salah satu cara yang harus dilakukan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya kelestarian ekosistem, sehingga masyarakat tidak lagi menggunakan racun dan bom untuk menangkap ikan. Peningkatan kesadaran ini sangat penting agar kebiasaan pengambilan kima yang dilakukan secara turun-termurun seperti yang dilakukan oleh masyarakat sekitar Taman Nasional Taka Bonerate dapat ditingggalkan.
2.        Perlindungan Habitat dan Pengawasan
Perlindungan habitat dan pengawasan dilakukan dengan penegakan hukum terhadap masyarakat yang mengambil kima di alam. Melalui penegakan hukum, masyarakat akan mengetahui secara pasti bahwa hukum akan ditegakkan kepada mereka yang melanggar.
3.        Restocking
Kegiatan restocking merupakan salah satu upaya untuk memperbaiki kondisi populasi kima di alam. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan pengembangan budidaya kima. Kegiatan budidaya kima merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi tingginya permintaan terhadap komoditas ini.
4.        Kearifan Tradisional
Kearifan tradisional (traditional wisdom) merupakan suatu bentuk pengelolaan yang bersifat adat yang telah menjadi kebiasaan dan telah dijalankan secara turun -temurun oleh suatu kelompok masyarakat tertentu. Kearifan tradisional sangat dikenal sebagai bagian yang sangat penting dalam pengelolaan sumberdaya.






PENUTUP
Kesimpulan 
Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1.   Kima berperan penting dalam membersihkan air laut dari populasi mikroorganisme yang berlebihan. Dengan demikian, air lautmenjadi lebih sehat dan keseimbangan ekosistem pun lebih terjaga. kima juga menjadi salah satu biota laut yang membuat terumbu karang berwarna indah.
2.    Beberapa upaya konservasi yang dapat dilakukan, antara lain : Sosialisasi dan Penyuluhan, Perlindungan Habitat dan Pengawasan, Restocking dan Kearifan Tradisional.

Saran
Diharapkan dengan adanya informasi ini maka masyarakat, pemerintah serta stakeholder dapat berperan nyata dalam menjaga keberadaan Kima yang semakin langkah.




  

DAFTAR PUSTAKA

Ambariyanto. 2010. Kebijakan Pengelolaan Organisme Laut Dilindungi : Kasus Kerang Raksasa. Universitas Diponegoro. Semarang.
Pada, D. N., F. B. Boneka dan G. F. Mamangkey. 2013.  Identifikasi dan Aspek Ekologi Kerang Tridacninae  di Perairan Sekitar Pulau Venu, Kabupaten Kaimana, Provinsi Papua Barat. Jurnal Ilmiah Platax. 1 (2) : 46 – 53.

Rizkevina, Q. 2014. Keanekaragaman Jenis dan Distribusi Family Tridacnidae (Kerang Kima) di Perairan Pulau Karang Congkak, Kepulauan Seribu. [Skripsi]. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta.

Setiawan, H. 2013. Ancaman Terhadap Populasi Kima (Tridacnidacna sp.) dan Upaya Konservasinya di Taman NasionalTaka Bonerate. Jurnal Teknis Eboni. 10 (2) : 137 – 147.

Triandiza, T dan A. Kusnadi. 2012. Teknik Pemijahan Buatan dan Pemeliharaan Larva Kima (Tridacna squamosa Lamarck) di Laboratorium. Oseanologi dan Limnologi di Indonesia 39 (1) : 1 – 11.

LAMPIRAN

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar