Makalah Konservasi Sumberdaya
Hayati Perairan
KONSERVASI KIMA
Oleh
:
Tifani Zianida
130302039
MATA KULIAH KONSERVASI SUMBERDAYA HAYATI
PERAIRAN
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA
PERAIRAN
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2016
KATA
PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
karena atas berkat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Konservasi Sumberdaya Hayati Perairan
yang berjudul “Konservasi Kima”. Makalah ini
membahas mengenai kegiatan konservasi rumput laut dalam pelestarian
lingkungan perairan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Ani Suryanti, M. Si selaku
dosen mata kuliah konservasi sumberdaya hayati
perairan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan yang telah membantu dalam penyelesaian
makalah ini.
Semoga makalah ini dapat menjadi
sumber informasi dan menambah wawasan kepada pembaca khususnya para mahasiswa
Manajemen Sumberdaya Perairan dan sebagai ilmu pengetahuan dalam
bidang konservasi sumberdaya hayati perairan. Terima
kasih.
Medan, Oktober 2016
Penulis
i
|
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR..............................................................................
i
DAFTAR ISI.............................................................................................. ii
PENDAHULUAN
Latar Belakang................................................................................. 1
Tujuan Penulisan.............................................................................. 2
Manfaat Penulisan............................................................................ 2
ISI
Klasifikasi dan Morfologi................................................................ 3
Habitat.............................................................................................. 5
Manfaat Kima.................................................................................. 5
Ancaman
Kepunahan....................................................................... 6
Status
Konservasi ............................................................................ 7
Contoh Kawasan
Konservasi........................................................... 7
Upaya Konservasi............................................................................ 8
PENUTUP
Kesimpulan....................................................................................... 10
Saran................................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia mempunyai predikat sebagai pusat
keanekaragaman hayati dunia (center of
mega biodiversity). Data yang ada saat ini menunjukkan bahwa pernyataan
tersebut memang benar adanya. Jenis flora dan fauna yang hidup di wilayah
Indonesia baik di darat maupun di laut termasuk yang tertinggi di dunia.
Mittermeier et al. (1997) diacu oleh
Ambariyanto (2010) menyatakan bahwa Indonesia merupakan negara terkaya kedua
setelah Brazil jika dilihat dari keanekaragaman flora dan faunanya, dimana
jjumlahnya adalah 325.350 jenis flora-fauna. Disamping itu,, pada masa
mendatang jumlah ini dipastikan akan meningkat tajam, karena banyak flora dan
fauna laut Indonesia yang belum tergali.
Kima raksasa (Bivalvia, Cardiidae) adalah moluska
laut yang hidup di ekosistem terumbu karang di wilayah Indo-Pasifik. Hewan ini
memiliki dua genera (Tridacna dan Hippopus) dengan sembilan
spesies, di mana tujuh spesies di antaranya ditemukan di perairan Indonesia.
Secara geografis, kerang ini memiliki distribusi terbatas di wilayah tropis
Indo-Pasifik, dari Red Sea sampai ke Kepulauan Pasifik Tuamotu Terdapat
sembilan jenis kima di dunia. Dari sembilan jenis kima yang ada di dunia, tujuh
diantaranya terdapat di Indonesia. Ketujuh jenis kima tersebut adalah kima
raksasa (Tridacna gigas), kima selatan (Tridacna derasa), kima
sisik (Tridacna squamosa), kima besar (Tridacna maxima), kima
lubang (Tridacna crocea), kima pasir (Hippopus hippopus), dan
kima cina (Hippopus porcellanus) (Pada dkk, 2013).
Kerang kima merupakan
salah satu biota yang populasinya semakin menurun di alam sehingga termasuk
sebagai kelompok biota yang dilindungi. Menurut Ambariyanto
(2007) kima (giant clams) merupakan salah satu hewan laut yang
dilindungi di seluruh dunia termasuk di Indonesia. Peraturan Pemerintah No. 7
Tahun 1999 memasukkan ke tujuh jenis kima yang hidup di Indonesia menjadi hewan
yang dilindungi. Penetapan tersebut berdasarkan kenyataan bahwa populasi kima
di alam sudah sangat menurun terutama disebabkan pemanfaatan manusia.
Pada tahun 1987 pemerintah Indonesia melalui Surat
Keputusan Menteri Kehutanan No 12/Kpts/II/1987 yang diperkuat dengan Peraturan
Pemerintah No. 7 Tahun 1999 memasukkan jenis kima yang hidup di Indonesia
menjadi hewan yang dilindungi, dan jenis kima tersebut juga masuk pada Appendix
II CITES.
Kima merupakan salah satu hewan laut yang dilindungi
di seluruh dunia termasuk di Indonesia. Para ahli melaporkan bahwa populasi
dari beberapa jenis kima di alam terus menurun akibat eksploitasi yang
berlebihan. Kima raksasa, kima porselen dan kima selatan adalah beberapa jenis
kima yang semakin jarang ditemukan. Upaya penangkaran dan restocking sangat penting untuk menjaga populasi kima supaya tetap
bertahan. Penetapan tersebut berdasarkan
kenyataan bahwa populasi kima di alam sudah sangat menurun terutama disebabkan
pemanfaatan manusia. Secara tradisional hewan ini memang dimanfaatkan oleh
penduduk di sekitar pantai baik yang digunakan untuk bahan makanan, bahan
bangunan, kebutuhan rumah tangga dan sebagai souvenir maupun hewan akuarium
yang sangat digemari (Rizkevina, 2014).
Tujuan
Penulisan
Tujuan penulisan
makalah ini adalah sebagai berikut :
1.
Mengetahui manfaat kima di perairan.
2.
Mengetahui upaya konservasi dalam
pelestarian kima.
Manfaat
Manfaat penulisan
makalah ini adalah sebagai salah satu syarat untuk mendapat nilai tugas dari
mata kuliah Konservasi Sumberdaya Hayati Perairan dan bahan acuan serta sebagai
sumber informasi bagi pihak yang membutuhkan.
ISI
Klasifikasi
dan Morfologi Kima
Kingdom :
Animalia
Phylum :
Mollusca
Class :
Bivalvia
Ordo :
Veneroida
Family :
Tridacnidae
(a)
(b)
(e)
Gambar 1. (a) Tridacna derasa, (b) Tridacna gigas, (c) Tridacna crocea, (d) Hippopus hippopus, (e) Tridacna maxima
Morfologi dari setiap jenis kima ditentukan oleh bentuk
bagian luar cangkangnya, sehingga perbedaan bentuk cangkang ini dapat digunakan
sebagai petunjuk identifikasi sampai tingkat jenis. Kima mempunyai cangkang
yang terdiri atas dua tangkup simetris yang terbuat dari zat kapur, yaitu unsur
kalsium karbonat (CaCO3). Zat kapur tersebut pada umumnya tersusun dari tiga
bentuk kristal, yaitu kalsit, aragonite, dan vaerit. Permukaan cangkang bagian
luar membentuk lekukan dan tonjolan yang tersusun rapi menyerupai kipas. Pada
bagian yang menonjol terdapat lipatan berupa lempengan yang tersusun rapi. Bagian
engsel (hinge) merupakan bagian perut (ventral), sedangkan bagian
tepi yang menghadap ke atas merupakan bagian punggung (dorsal). Pada
bagian perut terdapat terdapat lubang tempat keluarnya alat perekat (byssus)
yang disebut byssal orifice. Bagian punggung merupakan bagian yang
membuka dan menutup jika kima disentuh oleh rangsangan (Setiawan, 2013).
Secara geografis,
kerang ini memiliki distribusi terbatas di wilayah tropis Indo-Pasifik, dari
Red Sea sampai ke Kepulauan Pasifik Tuamotu. Kerang Tridacninae tinggal pada
daerah dangkal di ekosistem terumbu karang, dan hidup bersimbiosis dengan alga
fotosintetik zooxanthellae, pada kedalaman 1-20 meter. Dari segi ekologis
kerang Tridacninae merupakan biota yang berperan sebagai biofilter alami, di mana
mereka mampu menyaring amonia dan nitrat terlarut dalam air laut untuk
kebutuhan zooxanthellae akan nitrogen bagi proses pertumbuhannya. Kerang
Tridacninae mendapatkan sebagian besar makanan (70-100%) dari alga simbiotik
zooxanthellae, dan sisanya dengan cara menyaring atau “filter feeding” (Pada
dkk, 2013).
Habitat
Kima hidup pada dasar
perairan , sehingga kecerahan perairan yang dibutuhkan kima pada umumnya
mencapai dasar perairan. Keadaaan ini ada hubungannya dengan cara hidup kima
yang bersimbiosis dengan algae. Sinar matahari sangat penting untuk terjadinya
fotosintesis dari zooxanthellae yang sangat berguna bagi kima. Suhu rata-rata
dimana organisme kima dapat hidup adalah 28°C, sedangkan salinitas rata-rata
untuk kima dapat hidup adalah 32 ‰ (Rizkevina, 2014).
Manfaat Kima
Kima adalah sejenis
biota laut yang telah lama dimanfaatkan masyarakat pesisir Kepulauan Kei
sebagai bahan konsumsi lokal. Daging kima diduga memiliki kandungan gizi yang
dapat meningkatkan stamina. Selain dagingnya yang dikonsumsi sebagai bahan
makanan, cangkang kima juga dimanfaatkan untuk bahan baku bangunan. Di pasar
internasional, cangkang kima digunakan sebagai bahan baku pembuatan ubin teraso
dan bahan baku kerajinan hias. Pada beberapa negara di Asia, anak kima sering
dijadikan koleksi para pecinta akuarium hias air laut dan merupakan komoditi
ekspor yang sangat penting dari berbagai negara (Tiandiza dan Kusnadi, 2012).
Selain mendapatkan pasokan makanan
dari zooxanthella, kima juga mencari makan dengan cara menyaring partikel-partikel
organik dari air laut. Aktifitas ini, secara langsung berperan penting dalam
membersihkan air laut dari populasi mikroorganisme yang berlebihan. Dengan
demikian, air laut menjadi lebih sehat dan keseimbangan ekosistem pun lebih terjaga.
kima juga menjadi salah satu biota laut yang membuat terumbu karang berwarna indah.
Manfaat bagi manusia, otot adduktor yang menyatukan kedua cangkang kima
dianggap sebagai bahan pangan yang istimewa. Di Jepang, daging dan otot kima
dikonsumsi sebagai makanan laut yang disebut Himejako. Di wilayah Indonesia
timur, daging atau otot kima yang dikeringkan dipercaya sebagai afrodisiak yang
mampu meningkatkan vitalitas kaum Adam. Di pulau-pulau terpencil nusantara,
masyarakat mengumpulkan kima hidup di tempat tertentu sebagai bahan makanan
cadangan saat musim ombak besar tiba (Rizkevina, 2014).
Ancaman Kepunahan
Menurut Setiawan (2013) berbagai faktor yang
menyebabkan menurunnya populasi kima adalah sebagai berikut :
1.
Perburuan
Perburuan merupakan
salah satu faktor utama yang mengancam keberadaan kima. Kecenderungan populasinya
mengalami penurunan dengan sangat cepat. Perburuan yang tidak terkendali akan
membawa dampak yang sangat merugikan yaitu kepunahan.
2.
Kerusakan Habitat
Kerusakan habitat
selain disebabkan oleh teknik perburuan kima yang merusak terumbu karang juga
disebabkan oleh polusi. Polusi merupakan salah satu penyebab menurunnya jumlah
organisme di laut. Polusi yang terjadi di laut biasanya disebabkan oleh
tumpahan minyak dan juga sisa pembakaran bahan bakar dari kapal nelayan.
3.
Penggunaan
Potasium dan Bom Ikan
Aktivitas penangkapan
ikan karang dengan menggunakan potasium sianida dan bom ikan menjadi ancaman
utama populasi kima. Penggunaan bom ikan tidak hanya akan mengancam kelestarian
ikan, tetapi juga akan menyebabkan rusaknya terumbu karang yang merupakan habitat
utama kima.
4.
Memenuhi Kebutuhan Konsumsi Masyarakat
Tidak dapat dipungkiri bahwa masyarakat nelayan
tradisional yang tinggal di kawasan pantai dan sehari-hari berinteraksi dengan laut
banyak mengambil kima untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Salah satu contohnya
adalah ibu-ibu rumah tangga, pada saat air surut (metti) mempunyai
kebiasaan untuk bersama-sama mengambil kima, khususnya kima lubang (Tridacna
crocea).
Status Konservasi
Status keberadaan kima secara keseluruhan untuk
semua jenis, dikategorikan sebagai satwa langka yang dilindungi undangundang, yaitu
Undang-Undang No.5 Tahun 1990 tentang konservasi sumberdaya alam hayati dan
ekosistemnya serta Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999 tentang pengawetan
tumbuhan dan satwa. Konvensi perdagangan internasional untuk spesies tumbuhan dan
satwa liar yang terancam punah (CITES) memasukkan kelompok hewan ini dalam
daftar hewan yang dilindungi sejak 1983. Saat ini, sebanyak tujuh spesies kima
masuk dalam daftar merah (terancam punah) dari international Union for
Conservation and Natural Resources (IUCN) (Setiawan, 2013).
Fakta populasi kima yang sangat mengkhawatirkan
membuat CITES (Convention on
International Trade in Endangered Species) memasukkan hewan ini kedalam
status Appendix II mencakup semua spesies yang diduga terancam kepunahan akibat
perdagangan tak terkendali. Appendix ini memberlakukan pengawasan efektif agar
terhindar pemanfaatan yang bertentangan dengan kelangsungan hidupnya
(Rizkevina, 2014).
Contoh Kawasan Konservasi
Konservasi merupakan salah satu metode penyelamatan
organisme yang dilindungi dengan cara menetapkan kawasan konservasi atau
kawasan lindungan. Melalui kawasan semacam ini maka banyak habitat vital maupun
plasma nutfah yang dilindungi dari berbagai ancaman kerusakan dan degradasi.
1.
Taman Nasional Laut Taka Bonerate –
Sulawesi Selatan
Salah satu habitat kima di Indonesia adalah Taman
Nasional Laut Taka Bonerate. Taman Nasional Taka Bonerate merupakan salah satu
kawasan konservasi yang dibentuk dengan tujuan untuk perlindungan sumberdaya
alam hayati laut, terutama terumbu karang dan biota-biota laut lain yang
berasosiasi dengannya. Secara administratif, Taman Nasional Taka Bonerate
terletak di Kabupaten Selayar, Provinsi Sulawesi Selatan. Taman Nasional Taka
Bonerate ditetapkan sebagai Taman Nasional Laut berdasarkan surat keputusan
Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor 280/Kpts- 1/1992 tanggal 26 Februari
1992. Ciri khas dari taman nasional ini adalah topografi kawasan yang sangat
unik dan menarik yaitu terdapat pulau karang (atol) yang terdiri dari gugusan
pulau-pulau gosong karang dan rataan terumbu yang luas dan tenggelam, membentuk
pulau-pulau dengan jumlah yang cukup banyak. Karang atol di Taman Nasional
Takabonerate ini merupakan karang atol terbesar ketiga di dunia (220.000 Ha)
setelah atol Kwajifein di Kepulauan Marshall dan atol Suvadiva di Maladewa (Ambariyanto,
2007).
2.
Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu –
Jakarta
Taman
Nasional Laut Kepulauan Seribu merupakan salah satu kawasan pelestarian alam di
Indonesia terletak di utara Jakarta yang secara administratif berada di wilayah
Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, DKI
Jakarta. Untuk populasi kima pada Taman Nasional ini terletak pada pulau Karang
Congkak yang mempunyai hamparan karang mati (gosong) yang dangkal (Rizkevina,
2014).
Upaya Konservasi
Pada saat ini populasi kima di alam cenderung
menurun dengan sangat drastis (Ambariyanto, 2007). Untuk menjaga kelestarian
populasi yang masih ada serta meningkatkan populasinya di alam, diperlukan
usaha-usaha konservasi. Untuk mendukung keberhasilan usaha-usaha konservasi
juga perlu dilakukan upaya penegakan hukum dan peraturan serta usaha budidaya.
Pengelolaan populasi kima berbasis masyarakat juga merupakan hal yang perlu dilakukan.
Beberapa upaya konservasi yang dapat dilakukan, antara lain :
1.
Sosialisasi dan Penyuluhan
Sosialisasi merupakan salah satu cara yang harus
dilakukan untuk meningkatkan
kesadaran masyarakat akan pentingnya kelestarian
ekosistem, sehingga masyarakat tidak lagi menggunakan racun dan bom untuk menangkap ikan. Peningkatan kesadaran ini sangat penting agar kebiasaan
pengambilan kima yang dilakukan secara
turun-termurun seperti yang dilakukan oleh masyarakat sekitar Taman Nasional Taka Bonerate dapat ditingggalkan.
2.
Perlindungan Habitat dan Pengawasan
Perlindungan habitat dan pengawasan dilakukan dengan
penegakan hukum terhadap masyarakat yang mengambil kima di alam. Melalui
penegakan hukum, masyarakat akan mengetahui secara pasti bahwa hukum akan
ditegakkan kepada mereka yang melanggar.
3.
Restocking
Kegiatan restocking merupakan salah satu
upaya untuk memperbaiki kondisi populasi kima di alam. Kegiatan ini dapat dilakukan
dengan pengembangan budidaya kima. Kegiatan budidaya kima merupakan salah satu
alternatif untuk mengatasi tingginya permintaan terhadap komoditas ini.
4.
Kearifan Tradisional
Kearifan tradisional (traditional wisdom) merupakan
suatu bentuk pengelolaan yang bersifat adat yang telah menjadi kebiasaan dan
telah dijalankan secara turun -temurun oleh suatu kelompok masyarakat tertentu.
Kearifan tradisional sangat dikenal sebagai bagian yang sangat penting dalam
pengelolaan sumberdaya.
PENUTUP
Kesimpulan
Adapun
kesimpulan dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Kima berperan penting dalam membersihkan air laut dari
populasi mikroorganisme yang berlebihan. Dengan demikian, air lautmenjadi
lebih sehat dan keseimbangan ekosistem pun lebih terjaga. kima juga menjadi salah
satu biota laut yang membuat terumbu karang berwarna indah.
2. Beberapa upaya konservasi yang dapat
dilakukan, antara lain : Sosialisasi dan Penyuluhan, Perlindungan Habitat dan
Pengawasan, Restocking dan Kearifan
Tradisional.
Saran
Diharapkan
dengan adanya informasi ini maka masyarakat, pemerintah serta stakeholder dapat berperan nyata dalam
menjaga keberadaan Kima yang semakin langkah.
DAFTAR PUSTAKA
Ambariyanto.
2010. Kebijakan Pengelolaan Organisme Laut Dilindungi : Kasus Kerang Raksasa.
Universitas Diponegoro. Semarang.
Pada, D. N., F. B. Boneka dan G. F. Mamangkey. 2013. Identifikasi dan Aspek Ekologi Kerang Tridacninae di Perairan Sekitar Pulau Venu, Kabupaten Kaimana, Provinsi
Papua Barat. Jurnal Ilmiah Platax. 1 (2) : 46 – 53.
Rizkevina,
Q. 2014. Keanekaragaman Jenis dan Distribusi Family Tridacnidae (Kerang Kima)
di Perairan Pulau Karang Congkak, Kepulauan Seribu. [Skripsi]. Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta.
Setiawan, H.
2013. Ancaman Terhadap Populasi Kima (Tridacnidacna
sp.) dan Upaya Konservasinya di Taman NasionalTaka Bonerate. Jurnal Teknis
Eboni. 10 (2) : 137 – 147.
Triandiza,
T dan A. Kusnadi. 2012.
Teknik Pemijahan Buatan dan
Pemeliharaan Larva Kima (Tridacna squamosa Lamarck) di Laboratorium.
Oseanologi dan Limnologi di Indonesia 39 (1) : 1 – 11.
LAMPIRAN
